03 Februari 2008

[Debat-Papernas] Kita Lanjutkan Politik Alternatif dengan Papernas dan Ormas

MW Sadmoko
(tawaran untuk Presidium nasional Papernas 29/8/07)

Ini hanya point-point yang penting untuk memilih taktik kita ke depan

- Perlawanan rakyat terus bergerak, meluas, juga meningkat metode dan serangan politiknya. Aksi massa dengan blokade jalan dan pendudukan bukan jarang lagi, aksi massa untuk penggulingan kekuasaan teritorial semakin sering, aksi massa berhari-hari dan berlanjut lain hari terus berjalan. Belum lagi menghitung potensi, seperti keresahan rakyat atas kelangkaan minyak tanah yang terjadi belakangan ini yang terus mengumpulkan massa, juga kekurangan air dan sebagainya. Inilah kenyataan saat ini, gerak yang secara umum adalah spontan, ekonomis dan masih belum tersatukan (atau masih fragmentatif).

- Di kalangan organisasi gerakan pun masih belum ada bentuk persatuan yang kokoh, sehingga muncul sebagai alternatif yang diterima rakyat secara luas. Tapi bukan sama sekali diam; ada saja bentuk-bentuk persatuan (sektoral maupun multi-sektor), ada juga perluasan struktur (seberapapun), terus juga memberikan propaganda politik melawan kekuasaan dan imperialisme, dan sebagainya. Sekali lagi ini memang belum besar (politik-organisasi), selain juga ada yang mengintegrasikan diri dengan partai besar di parlemen.

- Tentu masih lebih banyak lagi massa rakyat yang belum berlawan, sekalipun dengan himpitan persoalan yang sama. Sekaligus menjelaskan bahwa kesadaran adalah basis munculnya perlawanan, bukan semata karena himpitan persoalan. Itulah kenapa gerak rakyat melawan penindasan Belanda, juga Soeharto-Orde Baru, tidak sejak adanya penindasan itu sendiri, tapi sejak kesadaran berlawan menguat dan membentuk tindakan perlawanan. Menjadi perlawanan pun, membutuhkan kesadaran baru lagi, untuk menjadi perlawanan yang politis.

- Kehendak perubahan yang disodorkan kalangan gerakan secara politik pasti lebih maju. Banyak kelemahan politik di kalangan gerakan, dalam hal program dan stratak, tidak bisa dianggap bahwa belum ada kesadaran merubah kekuasaan dan kehendak berkuasa itu sendiri. Begitu ada kesadaran dan kehendak berkuasa, memang belum sekaligus bermakna adanya kesanggupan dan ketepatan membangun kesanggupan tersebut. Upaya membangun kesanggupan memenangkan politik misalnya, terpenting bagi organisasi dan persatuan organisasi gerakan adalah memenangkan dukungan dari massa rakyat luas, dengan berbagai bentuk taktik. Namun dalam hal taktik ini, secara umum organisasi gerakan tidak memilih taktik parlementer.

- Partai Persatuan Pembebasan Nasional (Papernas) didirikan untuk menjadi partai alternatif bagi rakyat, tapi tanpa keterlibatan dan dukungan organisasi gerakan yang luas. Perluasan telah dijalankan dan menghasilkan banyak struktur, tapi belum cukup untuk memenuhi syarat dari negara, sebagai peserta pemilu. Hambatan terhadap Papernas jelas, baik berupa undang-undang yang selalu memberikan syarat yang sangat berat (dan mengarah lebih berat lagi), maupun secara khusus adanya represi terhadap Papernas, juga hambatan yang lain. Namun sejak awal kita menyadari sepenuhnya, selalu saja akan ada hambatan bagi kehendak rakyat membangun sistem kekuasaannya. Sejak awal juga kita tahu bahwa mengatasi hambatan ini utamanya adalah dari seberapa besar kekuatan Papernas, seberapa besar dukungan rakyat terhadap Papernas, tidak ada jalan lain. Sebab nanti sudah besarpun, nanti sudah berkuasa pun, hambatan dari kekuatan politik anti rakyat dan anti Papernas terus saja akan datang. Sehingga terang bagi kita, Papernas tidak sanggup menjadi peserta pemilu adalah karena kurang besarnya kekuatan kita untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Dengan kata lain, politik kita, politik rakyat miskin, politik Papernas, untuk sanggup ditampilkan sepenuhnya sebagai salah satu pilihan bagi rakyat dalam pemilu, adalah hanya dengan bekerja untuk mendapatkan dukungan rakyat. Karena untuk membangun sistem yang menguntungkan rakyat miskin harus dibangun pemerintahan rakyat miskin, yang untuk itu membutuhkan dijalankannya politik rakyat miskin dengan kekuatan utama adanya kekuatan rakyat miskin itu sendiri, yang untuk itu membutuhkan partai yang sebenar-benarnya adalah partainya rakyat miskin sendiri.

- Di tengah ketidaksanggupan Papernas menjadi peserta pemilu 2009, datang peluang koalisi dengan PBR dan Pelopor. Semakin hari semakin jelas peluang ini, dan tepatnya adalah peluang penggabungan atau merger atau fusi partai, bersama dua partai yang sekarang sudah duduk di DPR/DPRD. Peluang ini jika diambil akan memungkinkan Papernas menjadi bagian dari satu partai yang bisa mengikuti pemilu 09 tanpa harus verifikasi, Depkumham maupun KPU. Jika undang-undang pemilu nanti membolehkan bentuk penggabungan ini, dan Papernas masuk dalam fusi ini, maka dengan atas nama PBR, caleg-caleg dari Papernas memungkinkan tampil dalam pemilu dan memungkinkan duduk di DPR atau DPRD.

- Peluang penggabungan Papernas ke partai lain (baik partai yang sudah ada di parlemen maupun partai baru) mungkin saja lebih dari satu. Bahkan sejak awal sebelum mendirikan Papernas, bisa saja persatuan organisasi dan individu dalam Papernas sekarang memilih untuk masuk dan menjadi bagian dari partai lain yang lebih mungkin sebagai peserta pemilu. Jika ini dilakukan sejak awal tentu saja tidak diperlukan kerja keras penstrukturan mengejar syarat negara, mungkin juga tidak perlu mendapatkan represi dari kalompok reaksioner. Atau sejak awal kalaupun melakukan perluasan dan mobilisasi politik, secukupnya saja untuk memperbesar peluang penggabungan ke partai lain, karena semakin luas struktur semakin juga posisi dihargai.

- Namun sejak awal posisi kita adalah membangun Papernas (dengan Tri Panji dan program mendesak rakyat), mendirikan partai sendiri, meluaskan struktur dengan sekuat tenaga dari setiap massa rakyat yang mendukung partai dan program partai, dan bukan mencari-cari untuk dipilih mana partai lain yang bisa kita bergabung. Posisi ini menjelaskan sekaligus apa kepentingan politik-organisasi kita, dalam upaya membangun kekuatan alternatif bagi rakyat. Dari semua partai yang ada sekarang, yang stabil ataupun tidak stabil ataupun yang sedang ada perubahan internal, kita anggap tidak bisa menjadi kekuatan alternatif itu sendiri. Kita tidak memilih mana partai yang kalau dimasuki akan sanggup menjadi partai alternatif, tidak, tidak begitu karena memang tidak ada yang sanggup demikian. Kita mendirikan Papernas karena tidak ada partai lain yang sanggup menjawab persoalan rakyat, kita mendirikan Papernas karena tidak ada partai yang kalau kita masuk didalamnya akan menjadi partai yang sanggup memberikan jalan keluar bagi rakyat. Kualitas partai-partai lain ini tidak akan mudah berubah, bahkan situasi politik besar pun belum tentu bisa merubahnya (ingat pengalaman PDI, kemudian jadi PDIP, pengalaman politik massanya melawan kediktatoran Soeharto luar biasa besar, tapi politik PDIP tetap saja seperti sekarang, kalaupun ada Budiman hanyalah Budiman yang mengusung politik PDIP dan bukan sebaliknya). Apalagi hanya karena Papernas gagal jadi peserta pemilu, tentu jauh dari kesanggupan untuk mengubah partai lain menjadi partai rakyat, partai alternatif, partai yang ke depan akan memberikan jalan keluar bagi persoalan rakyat.

- Peluang penggabungan ke partai lain mungkin saja memberikan keuntungan politik, atau ada manfaat politik jika diambil oleh Papernas. Di sisi lain mungkin juga memberikan kerugian politik-organisasi bagi Papernas dan bagi perjuangan rakyat memenangkan kepentingannya. Dengan cermat seluruh anggota Papernas harus membuat kajian dan penilaian dalam hal ini. Bekerja sama dengan kaum borjuasi memang selalu harus dalam kajian yang mendalam, bukan karena ketakutan personal kita saja, tapi lebih penting adalah untuk memastikan bahwa politik rakyat tidak dirugikan dalam kerja sama atau persatuan tersebut. Apalagi persatuan dengan borjuasi yang dalam pengalaman sebelumnya tidak pernah menjadi bagian dari gerakan rakyat memperjuangkan kepentingan rakyat. Apalagi persatuan dengan borjuasi untuk lolos pemilu. Sebab sangat berbeda persatuan antara kekuatan rakyat dengan kekuatan borjuasi untuk menyerang musuh yang lebih besar, atau persatuan dengan berjuasi ketika sudah di parlemen atau pemerintahan untuk satu program yang juga penting bagi rakyat, dibandingkan dengan persatuan lolos pemilu, dibandingkan dengan persatuan untuk masuk parlemen.

- Partai gabungan ini, dengan Papernas di dalamnya, kalaupun dilakukan tentu saja adalah merupakan arena kompromi bagi kita, sebagai arena minimum bagi Papernas. Tentulah ini bukan persatuan demokratik dari kekuatan politik yang selama ini memperjuangkan kepentingan rakyat (di jalanan maupun di parlemen), tentu saja hanya sebagian saja politik Papernas bisa diusung dalam alat ini. Sehingga jelas tidak bisa kita meninggalkan alat perjuangan kita sendiri, menanggalkan politik kita sendiri, dan hanya menyandarkan pada partai fusi ini.

- Peluang fusi ke partai lain akan memberikan keuntungan dan bisa dilakukan hanya jika:
1. Di luar partai fusi ini, Papernas dan ormas-ormas terus bisa leluasa menjalankan politiknya sendiri. Papernas tetap sebagai partai politik dan terus mengusung politiknya secara utuh, tanpa ada pergantian/penghalusan program, juga dalam istilah-istilah. Dengan disangga oleh efektifitas politik-organisasi ormas, Papernas akan tetap mengambil propaganda di ajang-ajang radikalisasi yang besar (misalnya dalam radikalisasi 3 bulanan dari lintas ormas). Perluasan struktur dan massa Papernas tetap jalan terutama dari perluasan ormas, sekalipun tidak harus ada plang nama sekalipun. (Hati-hati dengan perubahan nama Papernas, karena kalau diumumkan ke rakyat sudah bukan sebagai Partai, sebagai partai hanya dalam hati masing-masing anggota, itu sama saja sudah membubarkan Papernas sebagai partai politik. Bahkan perubahan namapun harus dengan Kongres)
2. Fusi dilakukan dengan landasan kesepakatan program yang jelas. Seberapapun yang disepakati (kita sadar atas keterbatasan ini) oleh partai fusi, haruslah jelas atau tidak abstrak sehingga mudah dipahami rakyat (program abstrak misalnya: Perlindungan Kekayaan Alam. Biar tidak dikira organisasi lingkungan). Termasuk di dalamnya adalah program tentang demokrasi.
3. Jika ada struktur teritorial partai fusi tidak menjalankan program bersama, atau bahkan bertentangan, kita (Papernas dan ormas) di teritori tersebut berhak tidak mendukung dan bahkan mengkritik. Jika banyak struktur partai fusi bertentangan dengan program bersama, maka Papernas harus keluar dari partai fusi.
4. Keleluasaan Papernas dalam partai fusi harus tertuang dalam MoU. Dan sebelum kesepakatan tertulis dilakukan, maka fusi belum bisa dijalankan.
5. Target utama kita dalam partai fusi adalah propaganda, supaya membantu atau mendorong dan memberi keuntungan bagi politik kita di luar partai fusi. Efektifitas politik partai fusi selanjutnya akan diteruskan dan memperbesar politik Papernas atau ormas.

- Kekuatan utama organisasi Papernas dan ormas adalah mengembangkan struktur ormas, menjalankan politik ormas, sekaligus menopang perluasan politik-organisasi Papernas. Secara nasional semua ormas akan melaksanakan radikalisasi 3 bulanan (bukan semata jadwal, tapi konsep pembesaran politik dan organisasi, seperti pengalaman DKI). Efektifitas pelaksanaan radikalisasi 3 bulanan ini, dengan capaian politik dan organisasi, adalah memungkinkan sekaligus menjadi basis suara bagi caleg kita di partai fusi (bukan radikalisasi untuk caleg, tapi radikalisasi karena politik rakyat yang sebenarnya, yang bisa diambil untung untuk basis suara caleg).

- Tidak perlu dilaksanakan konsentrasi tenaga secara nasional untuk partai fusi, termasuk di dapil kita, karena akan menggangu perkembangan organisasi secara nasional, termasuk ormas yang telah sekian lama tidak melaksanakan radikalisasi dan penguatan internal.

- Penguatan politik dan organisasi ormas dan Papernas, dilakukan dengan melaksanakan radikalisasi 3 bulanan (lihat pengalaman DKI). Radikalisasi bisa dimulai dari aksi bulan Januari 2008, serentak di semua wilayah, dengan peluang di pemilu (partai fusi) sebagai salah satu mimbarnya.

Sekilas Belajar dari Pengalaman DKI Menjalankan Radikalisasi Tiga (3) Bulanan

Mari kita mulai dari bagaimana konsep radikalisasi 3 bulanan di DKI, terutama SRMK. Inilah juga penopang kampanye nasional Papernas, dengan mobilisasi ribuan. Kepentingan utama dari pelaksanaan radikalisasi 3 bulanan ini adalah terjadinya mobilisasi dan terjadi peningkatan kesadaran massa. Pertama mobilisasi, adalah wujud dari perluasan struktur dan massa yang menunjukkan kesanggupan rakyat untuk memenangkan kepentingannya. Basis mobilisasi adalah adalah dari struktur sendiri yang sudah ada, teritori perluasan, dan massa dari front. Mimbar bagi mobilisasi ini pada prinsipnya adalah setiap peluang yang paling memungkinkan, untuk membangun kekuatan revolusi. Termasuk di dalamnya, secara konsep, sebenarnya adalah mimbar dari arena elektoral. Tentu saja bukan sebaliknya, diarahkan untuk elektoral, tapi mimbar elektoral untuk memperkuat barisan revolusioner. Kedua peningkatan kesadaran, yang diolah dari kebutuhan mendesak rakyat dan selanjutnya kesanggupan rakyat melawan. Terhadap persoalan yang sedang dihadapi rakyat, sampai bentuk konkret yang menghimpit, diletakkan pada arah politik sejati. Dalam proses berlawan yang terus berlanjut, terus sampai pada program lebih maju, dengan diletakkan pada kesanggupan massa yang lebih siap (massa dilibatkan merumuskan apa persoalan yang hendak diangkat, sekaligus diberi ruang untuk berpendapat tentang kesanggupan mengusung isu).

Tahapan

Investigasi

Tahap investigasi adalah bentuk kerja bertanya kepada rakyat (dengan angket, tanya langsung, atau bahkan dengan ngobrol santai), dengan sasaran di basis sendiri, di daerah perluasan, juga di teritori geo-politik. Dari investigasi ini sekaligus adalah mematerialkan penerimaan massa tentang kesimpulan organisasi mengenai persoalan rakyat yang penting segera diangkat, dan kesanggupan perlawanan massa. Dengan kata lain, untuk bisa mengatasi persoalan rakyat dengan kekuatan rakyat sendiri.
Investigasi ini dijalankan bertingkat dalam hal isi: dari persoalan paling mendesak, persoalan yang tidak mendesak, sampai pada persoalan politik. Aksi pertama belum sebut SBY gagal, baru di aksi kedua. Dari hasil investigasi, disimpulkan arah kesanggupan mobilisasi massa, sekaligus isi politik yang harus semakin dikembangkan. Untuk kepentingan radikalisasi multisektor, investigasi dari basis sektoral baru kemudian diatur, dalam kepentingan untuk adanya . kesadaran politis dan multisektor.

Penyadaran

Tahap penyadaran ini intinya adalah mengobati kesadaran rendah (sektarian, takut dll), juga menyadarkan isu yang akan dituntut (dari hasil investigasi). Dalam tahap ini, isu yang disodorkan harus komprehensif, sekaligus menegaskan bahwa jalan keluar yang dibutuhkan bukan di elit atau pemerintah, tapi dari perjuangan rakyat sendiri. Secara umum penyadaran ini berupa penyadaran kognitif dan penyadaran metode proletariat: aksi massa. Bentuk di masa penyadaran ini bisa macam-macam (seminar, diskusi, selebaran, film dll), dari yang reformis sampai yang revolusioner (termasuk dalam bentuk aksi-aksi, selama tidak mengganggu aksi 3 bulanan itu sendiri). Dalam masa inilah arah revolusi terus dipropagandakan, sehingga misalnya membuat diskusi dengan mendatangkan elit DPR, massa akan tagihkan kepentingannya, sekaligus menyadari mana yang reformis dan mana yang revolusioner, tanpa ada lagi ketakutan untuk bertemu dengan siapapun. Inilah juga upaya menghindari jeratan arena moderat dan sogokan penguasa (BLT, Gakin, dsb, yang jelas reformis tapi efektif mewadahi massa itu). Kepada massa harus jelas, bahwa pengobatan penyakit/persoalan massa ini harus revolusioner.

Mobilisasi

Tahap mobilisasi adalah tahap yang menjadi patokan keberhasilan dukungan massa, sebelum bergerak dalam aksi. Massa sanggup/siap aksi harus jelas, ternyatakan, bahkan dengan tanda tangan. Dalam masa ini isu yang akan diangkat diperjelas, supaya seluruh peserta aksi tahu konkret sampai redaksional isu yang diangkat (setelah massa didiskusikan dalam masa penyadaran). Aksi berjalan dari massa siap aksi tersebut. Secara lengkap setting aksi disampaikan ke massa.

Selain tiga tahap di atas, ada pekerjaan yang dikerjakan simultan sejak tahap awal, yaitu front dan dana juang.

Manajemen diatur dalam bentuk waktu 3 bulan dibagi menjadi Tahap Penyadaran 75% dari 90 hari, kemudian Investigasi dan mobilisasi 25% (biasanya investigasi 10% dan mobilisasi 15% dari waktu 90 hari)

Kemudian Aksi

Paska aksi, keseluruhan hasil proses semua dilihat: Front, Perluasan, Dana juang, Pendidikan, Papernas, Mahardhika dan Jaker, Manajemen, Badan urusan kontradiksi, Unit usaha. Dan kemudian membuat dan menjadwalkan Konferensi Stratak.***

Tidak ada komentar:

TERBITAN KPRM-PRD