06 Agustus 2008

Aksi ke-11 FPN Kaltim--29 Juli 2008

Tanggal : 29 Juli 2008
Tempat : Kantor Gubernur

Aksi ini merupakan aksi yang ke-sebelas kalinya (bukan yang ke-sepuluh seperti yang diberitakan oleh SCTV), sejak aksi massa pertama kali FPN Kaltim tanggal 10 Juni 2008 di DPRD Propinsi. Aksi pada hari ini diikuti sekitar 2500 massa buruh dari berbagai alat mobilisasi. Pada awalnya (10 Juni 2008), FPN Kaltim mulai mengusung tuntutan mendesak kaum buruh ini, hingga kemudian berakses terhadap mobilisasi-mobilisasi yang semakin besar dan meluas (mobilisasi dan propaganda); Samarinda, Paser, Balikpapan, Berau di Kalimantan Timur—seperti hari ini.
Sebelumnya pada tanggal 23 Juli 2008 sekitar 70 orang massa FPN Kaltim melakukan aksi pendudukan (menginap) di depan pagar kantor gubernur Kaltim, hingga kemudian pada esok harinya tanggal 24 Juli 2008 bergabung bersama 3000 massa buruh dari berbagai serikat untuk mengepung kantor Gubernur.


Tuntutan mendesak FPN Kaltim dari awal hingga saat ini adalah:
1.Turunkan harga BBM dan kebutuhan pokok rakyat !!
2.Naikkan upah buruh sesuai KHL !!
3.
Dengan mengusung isu:
1.Bangun pemerintahan alternative dibawah kendali rakyat !!
2.Bubarkan Parlemen, Ganti dengan Dewan Rakyat !!
3.Bubarkan Dewan Pengupahan, Ganti dengan Dewan Buruh !!
4.Nasionalisasi Industri Tambang dan Migas di bawah kontrol rakyat !!
5.Hapus utang luar negeri !!
6.Usir IMF dan Bank Dunia dari Indonesia !!
7.Singkirkan SBY-JK dan Parpol Elit !!
8.Bubarkan Konfederasi Gadungan, ganti dengan Konfederasi Alternatif di bawah kendali buruh !!

Kesemua isu tersebut diusung oleh FPN Kaltim dalam aksi-aksinya di Samarinda dan Bontang; 13 Juni 2008 (meskipun tidak kesemua isu tersebut di munculkan oleh media propaganda borjuis).
Aksi massa FPN pada hari ini dimulai pada pukul 09.00 Wita dan langsung mengepung kantor Gubernur serta langsung memblokir dua ruas jalan utama sehingga Samarinda benar-benar macet. Pagar kawat berduri dan 2000 aparat kepolisian (informasi dari Kaop. Poltabes Samarinda AKP Hadi Purnomo) serta mobil water canon telah berjaga-jaga di dalam halaman kantor Gubernur. Mengingat sebelumnya pada aksi tanggal 14 juli, massa FPN merobohkan pagar masuk utama kantor DPRD Propinsi dan kemudian aksi tanggal 24 juli, giliran pagar masuk kantor Gubernur yang jadi korban ekspresi kemarahan massa buruh terhadap Pemprov yang tidak kunjung jua memenuhi tuntutan mendesak massa buruh ini.

Pada pukul 14.00 Wita, massa buruh yang semakin frustasi dengan sikap Pemprov kembali mengeluarkan ekspresi kemarahannya. Baliho-baliho besar yang berada diseberang jalan kantor Gubernur dirusaki massa karena baliho tersebut berisikan wajah atau photo muka elit-elit daerah serta nasional seperti SBY, Gubernur dan jajarannya (karena baliho tersebut memang dipasang buat menyambut PON yang berlangsung kemarin)—massa frustasi dengan elit pemerintahan. Dalam ekspresi tersebut, seorang peserta aksi, kawan Ucil (buruh pabrik plywood Samarinda) ditangkap oleh aparat. Dalam waktu 15 menit, massa aksi FPN menuntut agar Ucil segera dilepaskan atau massa akan lebih ber-ekspresi lagi. Akhirnya aparat melepaskannya dalam waktu yang ditetapkan tersebut. Massa-pun bersorak sorai (mungkin berarti sebagai sebuah kemenangan kecil dan sangat kecil). Situasi ini benar-benar dimaksimalkan oleh media cetak dan elektronik untuk menghabiskan baterai camera photo dan camera elektronik mereka.

Yel-yel: Buruh Bersatu Tak Bisa di Kalahkan, merupakan andalan FPN saat massa buruh dari berbagai macam warna (SP-Kahutindo, SBSI, SPSI) berada dalam satu titik aksi. Hal ini mampu menarik simpatik massa buruh lainnya sehingga aksi semakin rapat (sebagian massa SBSI memilih bergabung bersama massa FPN). Tapi sayang, pada pukul 17.00 Wita hujan mulai mengguyur lokasi aksi. Hal ini cukup merepotkan perangkat aksi karena mengingat massa aksi yang semakin kelihatan letih, lapar dan lemas. Ya, bisa terbaca, situasi aksi mulai cair karena perangkat aksi juga sama keadaannya. Tapi meskipun cair, terbukti bahwa sebelas kali aksi telah melatih massa aksi untuk memahami betapa pentingnya makna program perjuangan atau tuntutan sehingga sekitar 150 massa aksi FPN memilih tetap bertahan hingga malam dan hingga tuntutan terpenuhi meskipun sebagian besar massa aksi telah pulang pada pukul 17.30 Wita. Hujan semakin deras. Disituasi inilah aparat kepolisian memulai aksinya, massa aksi diminta untuk membubarkan diri, tapi massa aksi menolak dan akhirnya aparat mengajak berkompromi agar massa aksi membuka salah satu ruas jalan yang diblokir, dan massa aksi menyetujuinya karena jumlah peserta aksi mulai sangat berkurang. Massa-pun mendirikan tenda dari terpal di ruas jalan yang diblokir. Saat itu keadaan biasa-biasa saja, hingga akhirnya pada pukul 19.30 Wita massa peserta aksi dari SP-Kahutindo mulai bertindak sendiri dengan coba memblokir kembali ruas jalan yang telah dibuka tadi sambil berjoged ria. Sejak awal aksi, aktifitas mereka memang kebanyakan berjoged lagu dangdut didepan mobil komandonya karena mereka menyewa tiga orang penyanyi dangdut untuk menghibur mereka dalam aksinya.

Dan karena ruas jalan mulai kembali diblokir kembali oleh massa SP-Kahutindo, aparat mulai ikut-ikutan berekspresi. Seratusan barisan tameng aparat (Brimob dan PHH) mulai membentuk ring utama dan menutup semua akses ruas jalan (dan memang jalan kembali terblokir; kali ini diblokir sama-sama oleh massa aksi dan aparat). Water Canon keluar kandang. Intimidasi dimana-mana. Dan menariknya, hanya massa aksi FPN yang diusir karena massa aksi SP-Kahutindo masih jogged dangdut saat intimidasi berlangsung.

Beberapa peserta aksi dipukulin. Tapi tidak apa-apa katanya. Selang setengah jam kemudian, tiba-tiba aparat masuk kandang kembali. Ya, psikologis dan fisik massa yang telah lelah, itu sasaran utama mereka (semacam shock therapy). Aksi tidak bubar dan sekitar 50an massa FPN masih bertahan hingga pukul 23.00 Wita. Hingga pada akhirnya pada pukul 00.00 Wita, Pj. Gubernur meminta pertemuan dengan perwakilan massa aksi. FPN ikut masuk dengan mengirim delegasi yaitu kawan Yudi, Darlina (FNPBI-PRM), Yohanes (SBP), Rukaya (KSBI-SBTM), Phitiri Lari (SBMI), dan beberapa kawan lainnya. Dan pada pukul 01.00 Wita Pj. Gubernur Kaltim (Tarmizi Abdul Karim) mengeluarkan SK Revisi UMP sebesar Rp. 889.000,- (naik 9,16 %) dari angka sebelumnya yaitu Rp. 815.000,- dengan tambahan keputusan bahwa Revisi UMP diikuti dengan UMK dan sektor kerja. Setelah itu massa aksi membubarkan diri dan kembali pulang ke rumah masing-masing untuk istirahat sementara waktu dan akan melakukan konsolidasi kembali pada 03 Agustus 2008.

Demikian berita singkat ini dibuat agar kita dapat semakin memahami bahwa elit; pemerintahan dan parlemen saat ini tidak ubahnya seperti parasit yang coba menggerogoti ekonomi-politik rakyat lewat Pemilu dan Pilkada. 40 tahun dikhianati oleh sisa orba, reformis gadungan dan militer dalam kekuasaannya hingga saat ini, cukup membuktikan kepada rakyat miskin—tertindas bahwa tak ada jalan lain selain bersatu dan menuntut untuk kemudian menciptakan syarat-syarat untuk berkuasa dengan kekuatan, kepemimpinan dan kendali langsung oleh massa rakyat miskin—tertindas. Karena itu, persatuan mobilisasi massa di Kalimantan Timur pada moment ini (dengan alat FPN) telah menunjukkan fungsi dan capaiannya dalam mewadahi persoalan massa buruh dan rakyat miskin, walaupun masih dalam perjalanan menuju kemenangan sejati rakyat itu sendiri yaitu SOSIALISME !! tapi kemudian dia akan terus maju dan terus berjuang walaupun dalam tingkat kerumitan yang sangat tinggi dengan memanfaatkan setiap borok yang dihasilkan oleh penyakit rakyat itu sendiri yaitu; Neoliberalisme dan antek-anteknya.

Hidup Persatuan Rakyat untuk Berkuasa!

Front Pembebasan Nasional ( F P N ) Samarinda, Kalimantan Timur
SBMI, KSBI-SBTM, SBP, OSKM Sumalindo, OTP, SAMTRACO, KASBI, Pokja 30, PRP, KPRM, JNPM, LMND-PRM, FNPBI-PRM, KM Fisip UM, SRMK, Komunitas Rumah Bambu, BEM Polnes 08/09, ARM Samarinda, FPWM, FPWSS, PKL Buah Samarinda, PKL Oedah Etam, BEM STAIN, Jari

Tidak ada komentar:

TERBITAN KPRM-PRD