29 Maret 2009

Buruh Serukan Tolak Pemilu

Jum`at, 20 Maret 2009

RADAR MOJOKERTO - Pemilu Legislatif (Pileg) 2009 yang tinggal 20 hari lagi mendapat penolakan dari kalangan buruh. Mereka yang tergabung dari berbagai organisasi pergerakan justru menolak pelaksanaan pemilu. Sebab, hal itu dinilai bagian dari pembodohan terhadap masyarakat selaku pemilih.

''Pemilu 2009 ini bukan pemilu rakyat melainkan pemilu para elite politik. Karena itu harus ditolak jika tidak ingin dibodohi," kata Slamet Khusairi saat menggelar orasi di Sekretariat FNPBI di Lingkungan Suratan VI Kelurahan Kranggan, Kecamatan Prajuritkulon, Mojokerto kemarin.

Selain FNPBI tergabung dalam aksi 40 aktivis tersebut juga diikuti beberapa organisasi perburuhan lainnya. Seperti SPI, PPRM, PRM, Aspam dan mahasiswa. Dalam kesempatan yang sama para buruh juga meresmikan posko pengaduan bagi masyarakat yang ada di Sekretariat FNPBI. Baik terkait pemilu, pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, tindakan represif terhadap pengamen dan anjal. Serta kebijakan perusahaan yang tidak memihak kaum buruh.

''Pengaduan apa pun kami siap melakukan pendampingan,'' kata Slamet. Aksi yang berlansung sejak pukul 11.00 kemarin tidak hanya berbentuk ajakan penolakan pemilu dan orasi. Dengan memainkan alat musik ala pengamen mereka juga menyerukan masyarakat sekitarnya agar memilih menjadi golongan putih (golput).

''Selama ini dengan memilih elite politik mereka seakan-akan bisa masyarakat bisa sejahtera. Padahal itu bohong besar," teriak salah satu peserta aksi.

Tidak puas menggelar aski di depan Sekretariat FNPBI, mereka lantas mengalihkan perhatian dengan cara melakukan long march dari secretariat mengitari perumahan warga. Di sepanjang jalan mereka lantas membagikan selebaran pada masyarakat langsung.

Bahkan, meski tanpa dilengkapi surat tanda terima pemberitahuan (STTP) dari polisi mereka nekat melanjutkan aksinya di simpang lima depan Monumen Pahlawan Kranggan, Mojokerto.

Tidak berbeda dengan aksi sebelumnya, dilengkapi atribut organisasi mereka kembali melakukan orasi secara bergantian dan membagi-bagikan selebaran pada pengendara. Meski mendapat pengawasan dari puluhan petugas Polresta, namun ajakan menolak pemilu tetap berlangsung.

Kordinator Aksi Afik Irwanto mengungkapkan, aksi tolak pemilu tersebut bukan hanya bagian kekecewaan masyarakat atas kebohongan elite politik selama ini, melainkan adanya pengaruh pemilik modal seperti tak bisa dipisahkan. ''Dari pada hanya menghasilkan pemimpin yang memihak rakyat lebih baik kita tolak Pemilu 2009 yang tidak demokratis ini," terangnya.

Disamping itu, melalui selebaran mereka meminta masyarakat yang resah karena janji-janji politik. Sebaliknya pemilu tidak lebih dari sandiwara kaum elite politik. ''Kami juga menyerukan pada masyarakat agar tidak mudah terbeli rayuan palsu. Berupa iming-iming uang dan barang," paparnya.

Selain dalam bentuk aksi, penolakan pemilu itu juga dibuktikan oleh 3 aktivis buruh yang tercacat sebagai petugas PPK dan KPPS. Dengan menyatakan sikap pengunduran diri sebagai penyelenggara pemilu. Diantaranya Hari Cahyono salah satu ketua TPS di Kelurahan Wates Magersari, Lestari anggota PPS di Desa Kenanten, Puri, Kabupaten Mojokerto dan Slamet Khusairin sebagai salah satu anggota TPS di Desa/Kecamatan Sooko. ''Karena kami berbeda prinsip lebih baik mengundurkan diri," tegas Hari. (ris/yr)


Read More......

21 Maret 2009

Lawan Pemilu Elit 2009 dengan Pilihan, Metode & Jalan Keluar Kita Sendiri

Selebaran Posko DIY ke-2

MAHASISWA & RAKYAT BERSATU!


Dengan persatuan mobilisasi rakyat dan mahasiswa, pemilu tahun 1999 terpaksa diselenggarakan (lebih cepat 3 tahun dari jadwal seharusnya), dengan komposisi dan syarat-syarat kepesertaan pemilu yang lebih demokratis dibandingkan pemilu 2004 dan 2009. Tanpa fatwa haram, TPS-TPS pada pemilu 1955 dipenuhi kegembiraan rakyat.

Mengapa Pemilu 2009 Harus Dilawan?

· Seluruh partai dan elit peserta pemilu 2009 adalah boneka para pemilik modal raksasa internasional yang menjajah ekonomi Indonesia (Imperialis); penjahat pelanggar HAM; para koruptor; Reformis Gadungan yang pengecut dan pembohong; serta para aktivis yang pragmatis dan oportunis.

· Sistem pemilu yang mahal dan tidak demokratis hanya memberikan kesempatan pada elit yang berduit untuk maju sebagai peserta pemilu; menghambat kekuatan alternatif yang anti pemilik modal. Segelintir calon-calon legislatif yang miskin terpaksa menjual seluruh sumber hidupnya; atau menjilat elit politik lain yang bisa memberinya modal. Hasilnya: pemilu elit 2009 adalah pemilu paling boros di tengah kemiskinan rakyat: Gerindra bagi-bagi laptop; Golkar bagi-bagi HP; PDIP bagi-bagi motor; partai-partai lain bagi-bagi janji lewat triliunan rupiah yang habis dalam bentuk poster, bendera, stiker, bahkan konser-konser musik.

· Pemilu elit 2009 daur ulang kekuatan politik busuk untuk legitimasi kekuasaan di 2009. Semua peserta pemilu cuci tangan dari dosanya mengeluarkan berbagai produk UU yang membuat rakyat tambah miskin. Semua peserta pemilu pernah terlibat dalam kekuasaan masa lalu yang semakin membuat rakyat sengsara. Tidak ada partai yang “benar-benar baru” dan “bersih”; tidak ada calon legislatif yang sanggup melawan arus politik kotor pemilu elit 2009 hari ini.

· Pemilu elit 2009 hanya mendagangkan nasib rakyat; tidak satupun partai politik elit peserta pemilu bisa dan mau mengatasi krisis. Seluruh peserta pemilu elit 2009 hanya bicara bagi-bagi kekuasaan; jilat menjilat tokoh dan ulama; kritik-mengkritik untuk menaikkan nilai jual politik, serang-menyerang untuk berebut kepercayaan rakyat.

· Rakyat & mahasiswa sudah semakin banyak yang sadar dan tidak mau ditipu lagi oleh elit politik; rakyat pun sudah banyak yang melawan—protes-protes rakyat tidak berjeda; rakyat mulai membangun organisasinya sendiri. Walaupun bentuk ketidakpercayaan tersebut masih pasif dalam wujud golput (kecenderungan golput terus meningkat), tapi sudah mampu membuat pemerintah dan seluruh aparat negara, universitas, termasuk lembaga keagamaan, KELABAKAN. Oleh karena itu mereka mengeluarkan fatwa haram bagi golput; mutasi pemilih bagi mahasiswa pendatang; kampanye pemilu damai, dst.

· Dengan demikian, sudah pasti: PEMILU ELIT 2009 HANYA AKAN MENGGANTI IKAN-IKAN DI DALAM AKUARIUM, YANG AIRNYA SUDAH KERUH SEPERTI AIR COMBERAN. IKAN-IKAN YANG BARU TIDAK AKAN MEMBUAT AIRNYA MENJADI JERNIH.

Bagaimana bentuk-bentuk perlawanan terhadap pemilu elit 2009?

· Beberapa wujud tindakan politik yang dapat dilakukan adalah:

(1) Membuat pernyataan sikap politik terhadap ketidaksetujuan maupun keresahan terhadap pemilu elit 2009, dan disebarkan/ditempel di kampung, kampus, kantin, tempat kerja, tempat nongkrong, tempat ronda, dst;
(2) Memakai pita, kaos, coret-coretan dinding/gravity action dan simbol-simbol perlawanan lainnya terhadap pemilu elit 2009;
(3) Berkumpul, berdiskusi, dan membangun pusat-pusat komunikasi (POSKO) persoalan-persoalan rakyat, termasuk melakukan advokasi-advokasi terhadap berbagai persoalan rakyat dan mahasiswa sehari-hari;
(4) Membentuk berbagai wadah politik yang mandiri oleh, dari, dan untuk rakyat serta mahasiswa;
(5) Melakukan berbagai ekspresi politik perlawanan dengan demonstrasi, pertunjukan musik, teater, karya seni, konferensi-konferensi rakyat, simulasi pemilu rakyat, menolak ikut berkampanye, menolak politik uang, dll.
(6) MENYATUKAN SELURUH EKSPRESI PERLAWANAN TERSEBUT dengan membentuk suatu wadah persatuan nasional yang mandiri dan bebas dari intervensi kekuatan politik bandit sisa lama, tentara dan reformis gadungan.
(7) dan masih banyak lagi—temukan berbagai metode kreatif lainnya untuk menunjukkan KEKUATAN POLITIK RAKYAT, yang harus terus DISATU-SATUKAN agar memiliki dampak politik yang menasional.

Jangan berhenti pada ketidakperdulian; jangan berhenti pada golput semata; karena ketidaperdulian akan menjerumuskan kita semua pada jurang kesengsaraan yang tak berkesudahan. ORGANISASIKAN dan PERSATUKAN semua kekecewaan, kebencian, dan ketidakpuasan—yang membuat rakyat dan mahasiswa memilih golput—AGAR MENJADI SEBUAH KEKUATAN DAN TINDAKAN POLITIK yang NYATA.

Hubungan Perlawanan terhadap Pemilu Elit 2009 dengan persoalan Mahasiswa & Rakyat Sehari-hari

Karena pemilu elit 2009 hanyalah ALAT LEGITIMASI KEKUASAAN yang pro penjajahan modal asing (imperialisme); pelanggar HAM, para koruptor, reformis gadungan dan para aktivis pragmatis dan oportunis, maka, sudah dapat dipastikan hasilnya tidak akan memberikan solusi bagi 100 juta rakyat miskin Indonesia (yang berpendapatan $2 atau Rp.22.000,- per hari); yang sudah semakin susah cari uang; menjadi korban PHK; dan tak punya pekerjaan.

Karena SELURUH PARTAI POLITIK ELIT PESERTA PEMILU 2009 akan TUNDUK PADA KEPENTINGAN PARA PEMILIK MODAL RAKSASA (KAPITALIS) internasional dan nasional, sehingga mereka:

(1) TIDAK AKAN BISA menaikkan daya beli (pendapatan) rakyat. Karena mereka TIDAK AKAN BISA membuka lapangan kerja produktif dan berkelanjutan tanpa membangun industri nasional di bawah kontrol rakyat dan manajemen kaum buruh. Kapitalis internasional tidak berkepentingan untuk membangun industri nasional—apalagi di tengah krisis; mereka hanya hendak mengeruk bahan mentah dan menjadikan Indonesia pasar bagi produk mereka.

(2) TIDAK AKAN BISA meningkatkan kesejahteraan petani. Karena kapitalis internasional yang sedang krisis tidak berkepentingan memberikan tanah, modal, dan teknologi pada petani, sementara kapitalis dalam negeri adalah agen kapitalis internasional yang tak punya kepentingan memajukan pertanian. Partai elit seperti Gerindra yang pura-pura perduli pada petani, hanya menyogok segelintir petani dengan traktor yang jumlahnya tak setimpal dengan puluhan juta kaum tani Indonesia. Persoalan pertanian di Indonesia tak cukup diatasi dengan 1000 traktor, tapi perubahan radikal terhadap kepemilikan tanah, sistem pertanian, industri pupuk, modernisasi desa termasuk cara berfikir petani.

(3) TIDAK AKAN BISA menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan yang gratis dan berkualitas. Jamkesmas/Askeskin/Gakin serta BEASISWA/BOS TIDAK CUKUP untuk membuat rakyat sehat dan orang muda menjadi pandai. Anggaran 20%, pun TIDAK CUKUP menggratiskan pendidikan. Agar bertambah pandai orang muda harus belajar dari kurikulum baru khususnya menyangkut penulisan ulang sejarah yang jujur, pelajaran sastra Indonesia yang demokratis sejak sekolah dasar dan menengah, demi mengembalikan ingatan sejarah rakyat Indonesia.

Dengan Persatuan Mobilisasi Mahasiswa & Rakyat, JALAN KELUAR EKONOMI MENDESAK yang Akan Kita Perjuangkan adalah:

(1) Pemusatan seluruh sumber-sumber pendapatan dalam negeri ke tangan (kekuasaan) rakyat, yakni: nasionalisasi industri tambang (industri vital lainnya) serta perbankan, pajak bagi setiap transaksi perdagangan saham, penyitaan harta koruptor (semenjak Orde Baru sampai sekarang); pajak progresif; penolakan membayar utang luar negeri—atau penundaan pembayaran hingga rakyat sejahtera, dll.

(2) Sumber-sumber pendapatan tersebut sebesar-besarnya akan digunakan untuk membiayai kebutuhan darurat/mendesak rakyat, antara lain: pendidikan (hingga Universitas) & kesehatan gratis yang berkualitas; perumahan-air bersih-energi-serta transportasi murah, layak dan massal; perbaikan kerusakan lingkungan; menurunkan harga sembako (dengan subsidi harga), dll.

(3) Sumber-sumber pendapatan tersebut juga akan digunakan untuk membiayai pembangunan industri nasional oleh, dari dan untuk rakyat, seperti: industri pupuk, makanan pokok, mesin, baja, kertas, semen, listrik, optik, refinery minyak, dll, sekaligus membuka lapangan kerja produktif bagi rakyat.

Dengan Persatuan Mobilisasi Mahasiswa & Rakyat, JALAN KELUAR POLITIK & KEBUDAYAAN yang akan Kita Perjuangkan adalah:

(1) Demokrasi seluas-luasnya bagi partisipasi/keterlibatan langsung rakyat (agar seluruh rakyat dapat berfikir dan menyumbang gagasan bagi kemajuan Indonesia);
(2) Kekuasaan Rakyat (organisasi-organisasi rakyat mandiri yang semakin bersatu adalah embrio bagi kekuasaan rakyat) dalam wujud Pemerintahan Persatuan Rakyat Miskin;
(3) Kebudayaan baru yang lebih maju [budaya kemandirian (anti penjajahan), budaya non kooperasi, budaya alternatif, budaya berlawan (radikal, militan, dan cerdik), budaya berorganisasi, budaya bersatu/kolektif, budaya membaca/belajar, budaya bekerja, budaya cinta ke-ilmiah-an, budaya sayang rakyat dan sesama, budaya cinta lingkungan, budaya demokratik, budaya anti rasialisme, budaya kesetaraan gender, budaya toleran terhadap orientasi seksual, budaya merdeka dan bersolidaritas, dsb];
(4) Akses yang merata dan setara terhadap Ilmu pengetahuan, teknologi, dan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Perjuangan ekonomi dan politik-kebudayaan harus dilakukan dengan simultan, karena: perubahan ekonomi akan mempercepat perubahan kebudayaan, demikian sebaliknya, perubahan kebudayaan akan memudahkan perubahan ekonomi.

Cukup sudah dibohongi; Jangan percaya pada sisa-sisa lama (Sisa Orde Baru dan GOLKAR); Jangan percaya pada tentara (penindas rakyat); Jangan percaya kaum Reformis Gadungan. Satukan kekuatan pada tanggal 5 April dan 1 Mei, 2009, agar rakyat dapat membuat pilihan sendiri diluar Pemilu 2009.

Ayo terlibat dan ikuti berbagai kegiatan Posko Persatuan Mahasiswa & Rakyat
Setiap hari, pukul 09:00 s/d 18:00 di Gerbang Filsafat UGM, Sosio Humaniora No. 1.

POSKO PERSATUAN MAHASISWA DAN RAKYAT UNTUK PENOLAKAN PEMILU ELIT 2009
(JNPM, LMND PRM, KPRM-PRD, PPRM)
CP: 0852-251077952 (Mutiara) & 085647991755 (Aslihul F)




Read More......

Lawan Solusi Krisis ala SBY-JK & Parpol Penipu; Lawan Pemilu 2009

Selebaran Posko DIY ke-1

MAHASISWA & RAKYAT BERSATU!


Inilah resesi terbesar dalam sejarah, yang tidak akan pulih hingga 2010…
inilah persoalan manusia dengan masa depannya.”
[Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn]

Inilah krisis kapitalisme: krisisnya ekonomi para pemilik modal raksasa yang rakus. Krisis oleh karena kejahatan mereka merampas hasil keringat rakyat; tak memberi pendapatan sesuai yang dikerjakan rakyat. Sehingga pendapatan rakyat tak sesuai dengan nilai barang di pasar: barang berlimpah, tapi rakyat tak sanggup beli. Krisis yang juga diperparah oleh perjudian valuta, porto folio, saham, dan komoditas demi mengeruk keuntungan tanpa keluar keringat, sehingga tak memberikan sumbangan pada penambahan modal dan produktivitas manusia.

Jalan keluar pemerintah SBY-JK dan seluruh elit politik serta partai-partainya: rakyat harus jadi tumbalnya. Perusahaan besar yang bangkrut ditalangi uang negara (baca: uang rakyat); yang tak bangkrut diberikan stimulus fiskal (keringanan hingga penundaan pajak). Semua uang itu hasil keringat rakyat dan/atau dari utang luar negeri. Utang luar negeri akhirnya meningkat ($AS 65,447 miliar), dan rakyat lagi yang harus membayar dengan keringatnya (setiap kepala rakyat, termasuk bayi, harus menanggung 11,8 Juta utang luar negeri—data Desember, 2008).

Rakyat cukup sekadar diberikan ceceran kecil BLT, Askeskin/Jamkesmas, Beasiswa, BOS, Raskin, PNPM Mandiri, KUR, yang kesemuanya sarat korupsi birokrasi busuk, dan tak bisa menanggung lebih dari 100 juta rakyat miskin Indonesia (yang berpendapatan $2 atau Rp.22.000,- per hari). Ceceran dana yang harus diperebutkan antar sesama rakyat miskin, ceceran dana yang tak produktif! Padahal, sebenarnya rakyat butuh lapangan pekerjaan, agar hidupnya bermartabat.

Krisis membuat rakyat makin susah cari uang; PHK makin luas; pengangguran makin banyak; petani makin merugi; penggusuran makin sering; keluarga miskin makin banyak yang bunuh diri; kaum perempuan dipaksa kembali ke rumah atau berkubang dalam pekerjaan tak bermartabat (menjadi pelacur dan TKI); orang muda makin tak punya masa depan—susah sekolah (apalagi masuk Universitas). Jumlah mahasiswa menurun; fasilitas kampus dikurangi; kampus-kampus modal kecil tutup; kampus-kampus modal besar jadi makin sombong dan konservatif.

Dan mahasiswa disita waktu dan kesadarannya hingga menjadi robot-robot perusahaan yang bermimpi kesuksesan & karir; tak ada kepedulian terhadap rakyat miskin dan politik; belajar dari kurikulum yang tidak demokratis; iklim dan bacaan akademik yang konservatif; gaya hidup hedonis tanpa arah dan manfaat; tak ada lagi debat dan pemberontakan akademik: tak ada kepedulian: SEPI, HENING dan MEMBOSANKAN.

Jangan biarkan lebih lama lagi. Perubahan selalu disebabkan oleh radikalisasi mahasiswa bersama rakyat untuk kehidupan semuanya yang lebih baik. SAATNYA Rakyat dan Mahasiswa bersatu menolak jadi tumbal krisis!

Rakyat Sudah Tak Percaya & dan Harus Punya Jalannya Sendiri!

Di hadapan kita, para elit politik dan parpol busuk peserta Pemilu 2009—pemilunya para elit bandit politik—sedang mendagangkan diri menggunakan media cetak dan elektronik, bahkan melalui universitas-universitas, birokrasi pemerintah dan tentaranya, hingga lembaga-lembaga keagamaan. Mereka mengharuskan rakyat mencoblos. Seakan-akan, dengan memilih, maka rakyat bisa sejahtera; BOHONG! Yang lebih gila lagi, karena sadar mereka semakin tak dipercaya rakyat, maka rakyat difatwakan harus memilih. Apa bedanya dengan 32 tahun di bawah Orde Baru, ketika rakyat diharuskan mencoblos, karena pemilu adalah alat untuk mensahkan kekuasaan penindas.

Rakyat dan mahasiswa sudah berhasil menggulingkan Soeharto. Hasilnya: kebebasan berpendapat dan berorganisasi, termasuk penyelenggaraan pemilu yang lebih demokratis tahun 1999—Pemilu yang dipercepat karena desakan mobilisasi rakyat dan mahasiswa. Dalam pemilu 1999 tersebut, tidak usah dibayar pun rakyat ramai-ramai membuat posko, memasang bendera, hingga memenuhi TPS-TPS, karena rakyat masih percaya dan menaruh harapan perubahan pada pemilu tersebut. Sayangnya, kenyataan bicara lain, segera setelah duduk di pemerintahan dan DPR/MPR, elit politik yang pada waktu itu mengaku reformis, kemudian terbukti gadungan. Mereka tak berkutik, bahkan merangkul, kekuatan penjahat Orde Baru (Golkar dan Tentara) untuk sama-sama berkuasa kembali sekaligus menyelamatkan Soeharto dan kroninya. Itulah sebabnya, hingga sekarang, rakyat masih saja menderita; karena kekuasaan masih ditangan elit pemilik modal, yang memilih tunduk pada kepentingan pemilik modal asing yang menjajah ekonomi Indonesia.

Karena itu, mahasiswa dan rakyat harus melanjutkan perjuangannya, perjuangan belum rampung, belum berhasil menyejahterakan rakyat. Dan kita tidak memulainya dari nol—rakyat sudah semakin maju kesadaran dan cara perlawanannya. Sekarang rakyat sudah banyak melawan kebusukan penguasa dan partai-partai elit di banyak tempat dengan demonstrasi (yang terus meluas), termasuk dalam bentuk golput (golput dalam pemilu 2004 dan pilkada). Tugas kita adalah: menyatukan perlawanan-perlawanan rakyat tersebut menjadi kekuatan raksasa yang sanggup melawan musuh-musuh rakyat sekarang ini: penjajahan modal asing (imperialis); pemodal besar dalam negeri; pemerintahan boneka imperialis; sisa-sisa Orde Baru; tentara; reformis gadungan; milisia reaksioner.

Oleh karena itu, Rakyat dan Mahasiswa harus melawan Pemilu 2009! Karena Pemilu 2009 adalah: Pemilu Tidak demokratik; Pemilu Elit (Berduit); Pemilu Boneka Imperialis; Pemilu Penjahat Hak Azasi Manusia; Pemilu Koruptor; Pemilu Reformis Gadungan; dan Pemilu Aktivis Pragmatis/Oportunis.

Satukan kekuatan pada tanggal 5 April dan 1 Mei, 2009, agar rakyat dapat membuat pilihan sendiri diluar pemilu 2009.

Ayo terlibat dan ikuti berbagai kegiatan Posko Persatuan Mahasiswa & Rakyat
Setiap hari, pukul 09:00 s/d 18:00 di Gerbang Filsafat UGM, Sosio Humaniora No. 1.

POSKO PERSATUAN MAHASISWA DAN RAKYAT UNTUK PENOLAKAN PEMILU ELIT 2009
(JNPM, LMND PRM, KPRM-PRD, PPRM)
CP: 0852-251077952 (Mutiara) & 085647991755 (Aslihul F)



Read More......

15 Maret 2009

Mahasiswa Tolak Pemilu 2009

Minggu, 15 Maret 2009 00:00
[PILIH GOLPUT—Mahasiswa yang tergabung dalam Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) menolak Pemilu 2009 karena dinilai tidak prorakyat. (sumali/RASE)]

SEMARANG—Sebanyak 13 mahasiswa yang menamakan kelompoknya Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) Kota Semarang kemarin menggelar unjuk rasa di Bundaran Videotron Jalan Pahlawan. Mereka menyerukan penolakan terhadap pelaksanaan Pemilu 2009 karena dinilai tidak berpihak pada rakyat.

''Pemilu 2009 hanya untuk elite dan kaum pemilik modal, tidak berpihak pada rakyat. Oleh sebab itu, kita tolak Pemilu 2009,'' tutur koordinator lapangan Dicky Ari Nugroho saat berorasi.

Selain berorasi dan menggelar berbagai poster, peserta aksi juga membagi-bagikan selebaran berisi pernyataan sikap kepada masyarakat yang lewat Jalan Pahlawan.

Dicky menjelaskan, berdasarkan pengalaman Pemilu 1999 dan 2004, tidak ada satupun perubahan yang berarti bagi rakyat. Apalagi tahun ini hak-hak politik rakyat juga telah dipersempit ruangnya oleh penguasa.
Melalui 4 paket undang-undang politik yang dikeluarkan oleh legislatif telah memaksa rakyat hanya berperan sebagai massa pendukung belaka. ''Hanya para pemilik modal yang mampu ikut serta dalam Pemilu,'' jelasnya.

Hingar bingar Pemilu 2009 yang sudah terasa saat ini, sejenak telah membawa rakyat Indonesia untuk melupakan sejumlah persoalan yang benar-benar dirasakan akibat krisis. Rakyat dibawa untuk tidak lagi membicarakan krisis ekonomi dan lebih banyak bicara soal pemilu 2009. ''Lagi-lagi pemilu hendak mengilusi rakyat dengan harapan-harapan baru yang menyesatkan,'' tambah Dicky. Setelah puas berorasi dan membacakan pernyataan sikapnya, mereka membubarkan diri. (ton/mg2/isk)



Read More......

Ratusan Kaum Buruh dan Rakyat Miskin Menolak Pemilu 2009

Ata bin Udi (Sekretaris Umum PP GSPB), berorasi pada aksi bersama Tolak Pemilu 2009

Front Perjuangan Buruh Jabotabek--motor utama aksi 14/3
Tuntuntan bersama

Jakarta-14 maret 2009 Lebih dari 300 orang-yang didominasi oleh kaum buruh-siang tadi melakukan unjuk rasa dari bunderan HI menuju Istana Negara. Aksi massa ini dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap pemilu 2009, baik pemilu legislatif maupun pemilu eksekutif. Kaum buruh berasal dari berbagai pabrik di Jabotabek, yang sebagian besar diorganisir oleh Federasi Perjuangan Buruh Jabotabek (FPBJ) dan Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI). Terdapat pula Serikat Buruh Transportasi Perjuangan Indonesia (SBTPI) dan Gabungan Solidaritas Perjuangan Buruh (GSPB).

Di tengah terik matahari, ratusan massa ini dengan penuh semangat menerikan yel-yel “Pemilu 2009, Bukan Pemilu Rakyat” juga yel-yel “Elit Politik, Gulingkan! Rakyat Berkuasa!" Sekalipun sempat dihadang oleh aparat kepolisian di patung kuda, namun massa akhirnya berhasil melanjutkan aksinya ke depan Istana Negara. Para orator yang merupakan pimpinan-pimpinan berbagai organisasi yang tergabung dalam aksi ini, juga tak henti-hentinya mengecam seluruh kekuatan politik elit/borjuis, yang hanya menjadi boneka dari kaum pemodal dan system kapitalis, bahkan sekalipun system kapitalis telah terbukti gagal, namun tidak ada satupun kekuatan politik elit, yang menawarkan dan memperjuangkan system ekonomi-politik lain, yang menghilangkan pengisapan manusia terhadap manusia lainnya.


Seruan untuk membangun alat persatuan politik rakyat-dengan bersandarkan pada kekuatan klas pekerja- juga menjadi seruan dari hampir semua orator, agar rakyat yang saat ini sudah tidak lagi percaya pada kaum elit, segera mendapatkan muara keresahannya, dan dengan alat persatuan politik ini, rakyat dapat menghimpun kekuatannya untuk mengulingkan pemerintahan kaum modal, dan mengantikannya dengan pemerintahan kerakyatan untuk mewujudkan system yang lebih adil dan manusiawi, yakni sosialisme.


Tidak ketinggalan, seruan untuk membangun posko-posko perlawanan di semua titik-titik keresahan massa rakyat, sebagai alat untuk mewadahi dan menyatukan kekuatan rakyat di seluruh Indonesia. Dalam aksi ini, massa juga membawa baliho yang bertuliskan beberapa alasan kenapa harus menolak pemilu 2009, antara lain : 1.Peserta pemilu 2009 adalah elit politik dan partai politik penipu rakyat, 2. Pemilu 2009 tidak memberikan ruang politik bagi kekuatan gerakan rakyat, 3. Pemilu 2009 diikuti oleh para koruptor dan pelanggar HAM.

Di baliho yang sama, juga disampaikan apa yang menjadi tawaran jalan keluarnya, yakni : 1. Bangun organisasi politik yang melibatkan kaum buruh, tani, mahasiswa dan rakyat tertindas lainnya. 2. Nasionalisasi asset-aset yang menguasai hajat hidup orang banyak di bawah kontrol rakyat. 3. Industrialisasi yang kuat dan mandiri. 4. Hapus dan tolak hutang luar negeri. 5. Sita harta koruptor untuk subsidi pendidikan dan kesehatan gratis bagi rakyat.


Untuk melanjutkan perjuangan menolak pemilu 2009 dan membangun kekuatan persatuan gerakan, Persatuan Politik Rakyat Miskin (PPRM) yang merupakan salah satu organisasi pendukung aksi ini menyerukan agar pada tanggal 5 april 2009, serentak di seluruh wilayah Indonesia, kaum gerakan dan rakyat bersama-sama melakukan aksi, dengan tuntutan yang sama dengan tuntutan hari ini.


Selain PPRM, aksi ini juga mendapat dukungan dari Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), Serikat Pengamen Indonesia (SPI), Komite Persiapan Organisasi Pemuda (KPOP), Jaringan Nasional Perempuan Mahardhika (JNPM), Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP), Serikat Petani Karawang (SEPETAK) , PAWANG dan Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi-Politik Rakyat Miskin (LMND-PRM)


_____


Unjuk Rasa Buruh Jabodetabek Tolak Pemilu

GATRA. Jakarta, 14 Maret 2009 15:28 Ratusan buruh dari sejumlah organisasi di Jabodetabek, Sabtu siang (14/3), melakukan unjuk rasa menolak Pemilu 2009 yang dianggap tak menguntungkan rakyat. Massa yang kebanyakan memakai kaos merah dan membawa bendera Merah Putih itu berkumpul dari Bundaran Hotel Indonesia Jakarta kemudian berjalan melintasi jalan Thamrin menuju depan Istana Merdeka sambil meneriakkan slogan-slogan menolak Pemilu.

Juru bicara aksi itu, Toni mengatakan unjuk rasa ini merupakan ungkapan nyata kalangan buruh yang melihat bahwa pelaksanaan pemilu tahun ini sama seperti pemilu-pemilu sebelumnya yang hanya menguntungkan para penguasa dan pemilik modal.
"Pengalaman Pemilu 1999 dan 2004 jelas sudah dapat kita rasakan, bahwa tidak ada satu pun perubahan yang berarti bagi rakyat dari hasil pemilu tersebut. Hanya para pemilik modal sajalah dengan bangunan partai politiknya yang mampu ikut serta dalam Pemilu, sehingga seperti pemilu sebelumnya, Pemilu 2009 tidak akan membawa rakyat pada sebuah perubahan yang sejati," kata Toni.

Melihat realita dan pengalaman sejarah masa lalu itu, kaum buruh menyatakan dan mengajak masyarakat untuk menolak Pemilu 2009 dan menyerukan untuk membangun kekuatan penolakan pemilu itu ke dalam sebuah wadah politik yang dibangun secara mandiri oleh rakyat dengan tujuan mendelegitimasi kekuasaan yang lahir dari pemilu yang tidak demokratis dan merintis jalan menuju panggung perebutan kekuasaan.
Toni juga menyebutkan lima alasan menolak Pemilu 2009, yaitu karena Pemilu 2009 hanya dikuasai masyarakat kelas borjuis atau pemilik modal, Pemilu 2009 hanya diikuti oleh elite politik dan partai penipu rakyat.

Kemudian, Pemilu 2009 diikuti oleh para koruptor dan pelanggar HAM, Pemilu 2009 tidak memberikan peluang bagi kekuatan politik gerakan rakyat dan Pemilu 2009 bukanlah jalan menuju kesejahteraan rakyat.
Toni juga beranggapan Partai Buruh dan Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia yang ikut dalam Pemilu 2009 ini tidak mewakili kepentingan buruh dan masyarakat kecil lainnya, karena kedua partai itu lebih membela kepentingan penguasa dan pemilik modal. Saat hendak menuju Istana Merdeka, rombongan tersebut dihadang aparat kepolisian yang meminta mereka tidak menggunakan pengeras suara saat melanjutkan unjuk rasanya di depan Istana Merdeka. [TMA, Ant]

Read More......

14 Maret 2009

Selebaran DKI: Rakyat Miskin Vs Pemilu 2009

Ayo Sukseskan Penyatuan Perlawanan di 5 April dan 1 Mei 2009

Memang pertarungan, antara rakyat miskin dan Pemilu 2009; sehingga judul selebaran ini Rakyat Miskin vs Pemilu 2009 (vs atau versus, artinya adalah melawan atau tanding).

Sudah Tidak Percaya!

Coba aja, apakah Pemilu 2009 adalah pemilu rakyat, karena melibatkan rakyat miskin? Bukan, Pemilu 2009 adalah pemilu-nya elit, dan BUKAN sama sekali pemilu-nya rakyat miskin. Di bawah Orde Baru selama 32 tahun, jelas terbukti pemilu hanya dijadikan Soeharto dan kroni untuk mensahkan kekuasaan yang menindas, sehingga bukan rakyat yang ingin mencoblos tapi rakyat yang diharuskan mencoblos di pemilu. Sampai memuncak kemarahan rakyat, Soeharto digulingkan, dan pemilu dipercepat karena kehendak rakyat di tahun 1999. Luar biasa dukungan rakyat di Pemilu 1999, sampai tidak usah dibayar pun rakyat ramai-ramai membuat posko, memasang bendera, hingga memenuhi TPS-TPS. Tidak lain dukungan di Pemilu 1999 ini karena besarnya harapan rakyat atas perubahan yang mungkin bisa diraih dengan pemerintahan baru hasil pemilu.

Tapi kenyataan bicara lain, segera elit politik yang duduk di pemerintahan maupun di DPR/MPR menunjukkan sikap tegas: bahwa mereka adalah reformis gadungan dan anti rakyat. Reformis gadungan ini bahkan merangkul kekuatan penjahat orde baru (golkar dan tentara) untuk sama-sama berkuasa kembali, sekaligus menyelamatkan Soeharto dan kroninya.

Semua elit dan partai-partai sama saja, lebih memilih tunduk pada kepentingan penjajah ekonomi asing dengan menjual murah kekayaan bangsa, lalu sibuk memperkaya diri, sambil terus menambah penderitaan rakyat. Begitulah kenyataan reformasi 1998, merupakan hasil perjuangan rakyat hingga banyak kebebasan bisa didapat, tapi karena setelah 1998 kekuasaan masih ditangan elit pemilik modal (atau para kapitalis) akhirnya tetap saja rakyat menderita. Rakyat miskin tidak menyesal dan akan selalu bangga dengan reformasi 1998, tapi sekaligus sadar bahwa perjuangan belum rampung sebelum kekuasaan kerakyatan berhasil didirikan.

Perlawanan rakyat atas busuknya penguasa dan partai-partai elit, muncul dalam bentuk demonstrasi (yang terus meluas), golput (di pemilu 2004 dan meluas di pilkada), pendirian organisasi independen, dll. Lebih maju lagi, dengan semakin banyak munculnya persatuan kekuatan rakyat untuk melawan, walau sering masih sektoral dan tidak bertahan lama. Memang rakyat semakin maju kesadaran dan metode perlawanannya. Hal ini berkebalikan dengan sikap sebagian pimpinan gerakan, yang sekarang sibuk mendukung partai musuh rakyat dan menjadi caleg di pemilu 2009. Di tengah persoalan ekonomi dan demokrasi yang makin berat dihadapi rakyat, dan sekaligus situasi tersebut semakin mendorong maju perlawanan rakyat, e..e.. sebagain para aktivis itu malah masuk dalam bagian musuh rakyat. Tapi pengkhianatan politik dari elit gerakan (para aktivis yang nyebrang ke barisan elit penguasa) terbukti tidak bisa menghentikan gelombang ketidakpercayaan rakyat terhadap penguasa dan pemilu elit 2009. Golput diharamkan sekalipun, atau janji caleg/capres setinggi-tingginya, imbalan 100 ribu perorang, bahkan iklan pemilu yang tiap menit (dengan dana ratusan milyar milik rakyat yang telah diambil elit sebelumnya), semua itu tidak menghentikan kemarahan rakyat.

Rakyat Punya Jalan Sendiri
Sekarang jutaan PHK sedang berjalan, rakyat miskin makin tak bisa lagi dapat pendapatan (bahkan untuk makan harian), penangkapan dan penggusuran rakyat miskin meluas, TNI kembali jadi tim sukses Keluarga Berencana mulai awal 2009 ini (seperti era Soeharto, dengan perempuan sebagai korban), petani makin merugi, busung lapar, anak-anak bunuh diri karena miskin, dan banyak lagi, bersamaan korupsi yang makin gila-gilaan dan sudah terjualnya semua asset ekonomi nasional kepada asing! Pemerintah dan partai DPR adalah penanggung jawab semua masalah tersebut, sementara partai baru tidak ada yang nyata bersikap menentang.

Tidak ada jalan lain bagi rakyat yang ingin perubahan dan organisasi gerakan yang masih setia pada perjuangan, selain menyatukan kekuatan untuk: memenangkan program jalan keluar sejati rakyat dengan kekuatan rakyat sendiri, tanpa dikotori oleh campur tangan elit musuh rakyat. 5 April dan 1 Mei 2009 adalah tanggal penyatuan perlawanan rakyat, waktu untuk rakyat membuat pilihan sendiri diluar pemilu 2009. Di minggu tenang menjelang pemilu, kekuatan rakyat (karena rakyat tak mungkin bisa tenang sekarang) harus kita munculkan sehebat-hebatnya. Buruh yang sudah/akan di PHK dan upahnya tak manusiawi, rakyat miskin kota yang tanpa pekerjaan/pendapatan layak, mahasiswa yang sadar masa depan, tani yang makin miskin, dan rakyat dengan persoalan lainnya, ayo semua nyatakan perlawanan bersama di 5 April dan 1 Mei 2009! Sekaligus dari beragam persoalan tersebut, inilah bentuk persatuan rakyat menjawab pemilu elit 2009. **

LUASKAN PERLAWANAN RAKYAT, dengan:
BANGUN POSKO-POSKO PERSATUAN PERJUANGAN RAKYAT!

Seruan perlawanan ini disampaikan oleh:
Gabungan Solidaritas Perjuangan Buruh (GSPB), Persatuan Rakyat Miskin Jakarta (PRMJ), Serikat Pengamen Indonesia (SPI), Persatuan Talang Salemba (PATAS), Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi – Politik Rakyat Miskin (LMND-PRM), Jaringan Nasional Perempuan Mahardhika (JNPM), dan Persatuan Politik Rakyat Miskin (PPRM).


Read More......

[Updates] Lawan Pemilu Elit 2009

DKI Jakarta
14/3; 12:10:19: 300-an massa--dengan dominasi kelas buruh--melakukan aksi longmarch dari bunderan HI-Istana, Pemilu 2009 Bukan Pemilu Rakyat. Organ-organ yang terlibat adalah: FPBJ, SMI, SBTPI, GSPB, KASBI, LMND-PRM, KPOP, JNPM, PROGRESIF, PAWANG, PPRM, PRP, SPI, SPETAK. (yy)

12: 34:52: Saat ini massa aksi sedang dihadang aparat kepolisian di depan Patung Kuda.


JOGJAKARTA
14/3; 12:22:37: 50-an orang massa melakukan aksi longmarch "Tolak Pemilu 2009" sepanjang Jl. Malioboro, aksi atas nama Solidaritas Mahasiswa Indonesia (SMI). Hadir untuk mendukung dan bersolidaritas adalah delegasi dari Posko Perjuangan Mahasiswa dan Rakyat untuk Penolakan Pemili 2009 (PPRM, JNPM, LMND-PRM, KPRM PRD) dan SPI Ternate.


Read More......

Posko Persatuan Mahasiswa tolak Pemilu 2009

Muammar Fikri dalam orasi keliling 12/3 (anggota LMND PRM UII) di depan FISIPOL UGM

Aktivitas perdana Posko Perjuangan Mahasiswa dan Rakyat di depan Sosio Humaniora 1 UGM (12/3)

HARIAN JOGJA - DEPOK: Mahasiswa yang tergabung dalam Posko Persatuan Mahasiswa dan Rakyat Untuk Penolakan Pemilu Elite 2009, Kamis (12/3) kemarin menggelar aksi menolak pelaksanaan Pemilu 2009, di jalan Sosio Humaniora, Kompleks Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam orasinya, mereka kembali menegaskan jika saat ini Indonesia benar-benar berada dalam kondisi krisis. Krisis ekonomi yang terjadi saat ini terjadi karena kerakusan para pemilik modal raksasa yang rakus.

Upaya keluar dari krisis yang dilakukan pemerintahan SBY-JK , tak lebih hanya sekadar mengorbankan rakyat kecil sebagai tumbal. Sebagai contoh, perusahaan besar yang bangkrut, ditalangi permodalan oleh pemerintah dengan menggunakan uang negara. Bagi perusahaan yang masih bertahan, pemerintah memberikan stimulus berupa keringanan atau penundaan pembayaran pajak. Sementara, utang luar negeri juga terus membengkak. “Dengan melihat kenyataan seperti ini, rakyat yang harus menanggung beban,”terang seorang orator.

Rakyat, imbuh para mahasiswa, hanya cukup diberi ceceran kecil melalui program bantuan langsung tunai (BLT), jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), asuransi kesehatan bagi keluarga miskin (Askeskin), bantuan beras untuk keluarga miskin (Raskin) atau program lain. “Ceceran dana yang diberikan kepada rakyat adalah ceceran yang tidak produktif. Padahal, rakyat membutuhkan lapangan pekerjaan agar hidupnya bisa bermartabat,”terang salah satu orator.

Dengan melihat kenyataan itu, Posko Persatuan Mahasiswa mengajak semua masyarakat untuk menolak pelaksanaan Pemilu 2009. Mahasiswa dan rakyat harus terus berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan yang selama ini masih sebatas wacana. Usai menggelar aksi di Jalan Sosio Humaniora, belasan mahasiswa ini bergerak menuju Bundaran UGM untuk melakukan aksi yang sama. Usai menyampaikan berbagai orasi politik, belasan mahasiswa ini langsung membubarkan diri.



Read More......

13 Maret 2009

Puluhan mahasiswa di UGM kampanye boikot Pemilu 2009

12/03/2009 23:42 - Pemilu 2009

Liputan6.com. Di Yogyakarta, puluhan mahasiswa di Universitas Gajah Mada menggelar kampanye ke berbagai fakultas untuk memboikot Pemilu 2009. Mereka pesimistis akan adanya partai dan caleg yang memperjuangkan pendidikan murah. Dalam orasi yang digelar di dalam kampus ini para mahasiswa menuntut pembatalan pemilu karena pemilu bukan jaminan untuk mensejahterakan rakyat.

Sukabumi: Ancaman akan memboikot Pemilu 2009 mengemuka dari berbagai daerah. Di Sukabumi, Jawa Barat, misalnya, karyawan PT Davomas memastikan tidak akan ikut pemilu. Pasalnya, anggota DPR yang mengunjungi mereka tidak dapat menyelesaikan masalah. Padahal, anggota DPR dari Komisi IX yang datang berkunjung berjanji akan menyelesaikan masalah di mereka.

Sedangkan di Depok, Jabar, ratusan warga berunjuk rasa ke Balai Kota Depok karena nama mereka tak tercantum dalam daftar pemilih tetap. Selain membentangkan spanduk, mereka pun memberikan bukti nama-nama yang tidak tercantum dalam DPT. Warga memprotes wali kota karena aparat bawahannya tidak memasukkan mereka dalam DPT Kota Depok.(ADO/Tim Liputan 6 SCTV)

Read More......

TERBITAN KPRM-PRD